Selasa, 25 Mei 2010

Obat Jerawat Alami

Jerawat merupakan jenis penyakit kulit yang biasa ditemukan di semua kalangan, terutama remaja. Penyebabnya antara lain faktor keturunan, ketidakseimbangan hormon, bakteri, tekanan psikologis, dan cuaca.
Umumnya jerawat muncul pada masa remaja, tapi tidak jarang orang dewasa yang mengalaminya. Bagi kaum perempuan jerawat bisa muncul apabila datang haid atau hamil dan bisa muncul di bagian tubuh mana saja, tidak hanya di wajah. Selain itu alergi terhadap obat tertentu juga dapat merangsang tumbuhnya jerawat.
Munculnya jerawat juga sering dikaitkan dengan konsumsi makanan tertentu seperti kacang-kacangan, cokelat, atau goreng-gorengan. Meski demikian belum ada hasil penelitian yang menguatkan dugaan ini.
Semua tipe jerawat —baik komedo, jerawat biasa, maupun jerawat batu— memang sangat mengganggu. Namun cara-cara berikut ini dapat dilakukan sendiri guna mencegah maupun mengobati jerawat. Bahan-bahan berasal dari sekitar kita dengan cara yang tidak sulit dan menyita waktu.

Cuci Muka
Kulit wajah yang berminyak atau wajah yang mempunyai kecenderungan muncul jerawat harus dibersihkan dua kali sehari. Sangat dianjurkan mencuci muka dengan pembersih yang PH-nya sedikit asam untuk menjaga kebersihan wajah yang berjerawat.
Air seduhan 7-10 lembar daun sirih (Piper betle) mujarab untuk mematikan bakteri yang menyebabkan jerawat sehingga dapat digunakan untuk mencuci muka sebanyak dua atau tiga kali sehari.
Menurut pengalaman beberapa orang, membasuh wajah dengan air es juga dapat mengurangi timbulnya jerawat. Hal ini dipercaya dapat mengurangi minyak pada wajah.
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), yang ditumbuk halus dan dicampur dengan sedikit air garam juga dapat digunakan untuk membersihkan wajah berjerawat. Menurut beberapa ahli kulit, belimbing wuluh bersifat sejuk, dan berkhasiat sebagai antiradang dan astrigen (memperkecil pori-pori kulit wajah).
Wajah berjerawat juga lebih segar jika diuapi dengan seduhan satu bungkus daun teh. Sebungkus kecil daun teh yang diseduh dengan air panas baru mendidih, lalu uapkan pada wajah yang berjerawat.

Masker
Sementara buah mengkudu dapat dimanfaatkan sebagai masker pemulus wajah. Masker mengkudu tidak hanya mengatasi jerawat, panu, kulit yang keriput dan kering pun hilang lenyap, otot-otot muka menjadi lebih relaks.
Jeruk nipis (Citrus aurantium) yang dioleskan pada wajah malam hari sebelum tidur dan baru dibersihkan pada pagi harinya, dapat digunakan untuk menghilangkan jerawat. Hal yang sama juga dapat dilakukan dengan buah tomat (Solanum lycopersicum).
Masker lain yang dapat digunakan mengatasi jerawat adalah masker temulawak (Curcuma xanthorizza). Kompres wajah dengan air es setelah menggunakan masker akan membantu meningkatkan hasilnya.
Daun dewa dan mahkota dewa juga berkhasiat sebagai obat jerawat. Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai masker antijerawat adalah tumbukan pucuk daun jambu batu (Psidium guajava). Lidah buaya (Aloe vera) yang terkenal dapat menghaluskan kulit juga dapat digunakan sebagai masker penghilang jerawat.
Kentang (Potato solanum tuberosum) juga dapat dikompreskan pada jerawat. Potongan kentang yang diiris tipis-tipis ditempelkan pada kulit yang meradang karena jerawat hingga warna kentang keabu-abuan dan kering.
Sedangkan flek-flek hitam di wajah bekas jerawat dapat dihilangkan dengan masker jagung (Zea mays) muda atau bengkoang. Parutan jagung muda atau bengkoang dioleskan ke bagian-bagian yang hitam lalu diamkan sampai mengering.
Jerawat jenis komedo dapat dihilangkan dengan masker peel off dari gelatin buatan sendiri. Bahan-bahannya: satu sendok makan bubuk gelatin yang bisa dibeli di pasar swalayan, dua sendok makan susu cair dingin, dan satu butir putih telur. Susu cair dingin dan gelatin dicampur lalu dipanaskan, jaga jangan sampai menggumpal. Setelah leleh, dinginkan sampai hangat, lalu campurkan dengan putih telur. Oleskan adonan tadi ke wajah, kecuali seputar mata dan bibir.

coba juga nasihat ini:
Namun banyak upaya yang bisa dilakukan untuk membantu menyembuhkan atau paling tidak mengurangi tumbuhnya jerawat. Salah satunya dengan menggunakan lima tanaman obat yaitu tomat, belimbing wuluh, mentimun, jeruk nipis, dan temulawak yang dipercaya bisa membasmi jerawat yang membandel.

Tomat (Lycopercisum esculentum Mill) yang mengandung aneka vitamin, antara lain vitamin C, viamin A dan B1 serta mengandung zat-zat seperti protein, kalsium, besi, dan belerang. Untuk mengusir jerawat, pilih tomat yang sudah masak, kemudian potong-potong sama rata, setelah itu langsung dipakai untuk menggosok wajah berjerawat. Jika tekun membiasakan diri memakai buah tomat, wajah mbak anti dijamin bakal kembali berseri-seri, bebas dari jerawat.

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang daging buahnya banyak mengandung air yang berasa asam. Warna buahnya ada yang hijau, ada pula yang putih. Belimbing wuluh mengandung kalsium oksalat, flavonoid, pectin, tanin, asam galat dan asam ferulat. Guna menyingkirkan jerawat, ambil 5 buah belimbing wuluh, cuci bersih kemudian tumbuk sampai halus. Setelah itu remas-remas dengan air garam secukupnya. Gosokkan pada wajah atau bagian tubuh lain yang berjerawat. Lakukan tiga kali sehari. Bisa juga dengan ramuan tradisional sebagai berikut sediakan 6 buah belimbing wuluh, ? sendok teh serbuk belerang, dan satu buah jeruk nipis. Caranya, belimbing wuluh dan serbuk belerang digiling sampai halus, kemudian remas-remas dengan air jeruk nipis. Lalu gosokkan pelan-pelan pada wajah yang berjerawat. Lakukan 3 kali sehari. Dijamin, wajah anda akan kembali kinclong.

Mentimun (Cucumis sativus) juga dapat digunakan untuk melawan jerawat yang nakal, disamping mengandung banyak air, juga mengandung vitamin A, B1 dan C serta beberapa zat seperti saponin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan belerang. Berkaitan dengan jerawat, pilih mentimun yang masih muda. Cuci bersih, lalu potong-potong, kemudian perlahan-lahan gosokkan pada wajah yang berjerawat. Biasakan minimal tiga kali sehari.

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) yang buahnya sebesar bola pingpong berwarna hijau atau kekuning-kuningan, dan rasanya asam. Buah jeruk nipis mengandung unsur senyawa kimia antara lain limonene, linalin asetat, geranil asetat, felladren, sitral, dan asam sitrat. Untuk menghalangi jerawat, pilih buah jeruk nipis yang sudah tua lalu potong-potong sama rata. Gosokkan pada wajah yang berjerawat, sekitar 2-3 kali sehari. Atau dengan ramuan tradisional yaitu Sediakan 20 kuntum bunga melati, 2 jari asam jawa (bahasa jawa : asam kawak), 1 buah jeruk nipis. Caranya, bunga melati, asam jawa dan belerang dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Remas-remas dengan air jeruk nipis. Kemudian gosok perlahan-lahan pada wajah yang berjerawat.

Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) juga bisa digunakan untuk membasmi jerawat karena didalamnya terdapat komponen utama kandungan zat yaitu kurkumin dan minyak atsiri. Kurkumin bermanfaat sebagai acnevulgaris, antiflamasi (antiradang), dan anti-hepatoksik (antikeracunan empedu). Sedangkan minyak atsiri temulawak mengandung phelandren, kamfer, bomeol, xanthorrhizol, dan sineal. Bila ingin wajah tidak ternodai jerawat, ambil satu jari rimpang temulawak, cuci bersih dan potong-potong. Rebus dengan air bersih sebanyak 4 gelas lalu biarkan mendidih hingga tinggal separuhnya. Setelah dingin, dapat disaring dan diminum (dapat ditambahkan madu). Minumlah dua kali sehari dan sekali minum sebanyak satu gelas.

Selain menggunakan tanaman obat di atas mbak anti juga perlu melakukan perawatan. Perawatan sangat penting dilakukan agar kulit terlihat sehat, berseri dan cantik. Apa saja yang harus dikerjakan:
1. bersihkan wajah sekurang-kurangnya dua kali sehari dengan sabun khusus pembersih wajah dan air hangat.
2. Lakukan olahraga pagi hari di lokasi yang mendapat sinar matahari.
3. Kurangi makanan berlemak, termasuk gorengan dan minuman beralkohol.
4. Tingkatkan konsumsi sayur-sayuran dan (bayam, bawang daun, ercis, wortel, daun melinjo dan sebagainya) dan buah-buahan (pisang, tomat, jeruk, nanas, dan sebagainya)
5. Hindari pemakaian kosmetik yang berbahan dasar minyak.
6. Yang tak kalah penting, jangan sembarangan menusuk dan memijit-mijit jerawat. Bisa-bisa malah infeksi dan meninggalkan bekas noda.
Selamat Mencoba!!
Selengkapnya...

Selasa, 18 Mei 2010

Pengembangan Model-Model Pembelajaran Matematika Kooperatif (Cooperative Learning)

1. Pengertian Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang menitik beratkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32). Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya.
Agar terlaksana dengan baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, masing-masing menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk didiskusikan dengan seluruh siswa.

2. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Cooperative Learning
Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2), Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning lebih efektif adalah sebagai berikut :
a.Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

b.Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.Para siswa berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d.Para siswa harus membagi tugas dan bertanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.
e.Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
f.Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g.Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001: 3) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi belajarnya.
b.Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d.Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

3.Penerapan Cooperative Learning
Penerapan pembelajaran kooperatif dalam pembelajarn di kelas didasarkan pada teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep sulit apabila mereka saling mendiskusikan dan sharing pengetahuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu prestasi akademik, penerimaan akan penghargaan, dan pengembangan keterampilan sosial.
Melalui pembelajaran model ini, diharapkan dapat melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan dalam bentuk tulisan. Tugas kelompok dapat memacu semangat belajar siswa untuk bekerja sama, saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Cooperative learning dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif. Siswa belajar membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah matematika. Terjadinya interaksi dalam kelompok, dapat melatih siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Melalui model ini dapat meningkatkan berpikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Penerapan pembelajaran kooperatif pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemandirian berpikir siswa (Kumastuti, 2002).
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Beberapa tipe cooperative learning adalah STAD dan Jigsaw. STAD (Student Team Achievement Division) adalah tipe pembelajaran dengan ciri, guru menyampaikan suatu materi, kemudian siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Setelah selesai, mereka menyerahkan pekerjaan secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru. Sedangkan pada model Jigsaw, setiap anggota kelompok diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda. Para siswa bertemu dengan anggota kelompok lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling tukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk menyampaikan yang diperoleh kepada teman-teman di kelompoknya. Para siwa kemudian diberi tes/kuis secara individual oleh guru. Skor hasil kuis/tes, dapat digunakan untuk menentukan skor individu maupun skor kelompok.
Ada beberapa cara menggunakan ”cooperative learning” dalam pembelajaran matematika, yakni:
a.Dengan memanfaatkan tugas rumah.
b.Pembahasan materi baru.
Menurut Akbar Sutawijaya (2002 : 358), pembelajaran kooperatif adalah salah satu alternatif yang perlu digalakkan dalam konstruktivisme, karena pertimbangan sebagai berikut.
a.Siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama-sama dengan teman sekelas, akan dapat menumbuhkan refleksi yang membutuhkan kesadaran tentang apa yang sedang dipikirkan dan dikerjakan.
b.Menjelaskan kepada temannya biasanya mengarah kepada suatu pemahaman yang lebih kuat dan sering menemukan ketidakkonsistenan pada pikirannya sendiri.
c.Ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas (tidak peduli apakah solusi itu cocok atau tidak), kelompok memperoleh kesempatan berharga untuk mempelajari hasil yang diperoleh.
d.Mengetahui bahwa ada teman sekelompok belum bisa menjawab, akan meningkatkan gairah setiap anggota kelompok untuk mencoba menemukan jawabannya.
e.Keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban, akan menumbuhkan motivasi untuk menghadapi masalah baru.

4.Implikasi Cooperative Learning
Contoh penerapan cooperative learning:
Standar Kompetensi : 4. Mengenal unsur-unsur bangun datar sederhana.
Kompetensi Dasar : 4.1 Mengelompokkan bangun datar.
Penerapan : Siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Setiap kelompok mendapatkan tugas untuk mengelompokkan bangun datar.

Selengkapnya...

Minggu, 16 Mei 2010

Cerpen "Satu Hari Bersama Kimong"

Buat banyak orang punya keponakan itu menyenangkan. Tapi barangkali juga nggak, buat sebagian yang lain. Hm, itu yang tahu kamu sendiri jawabannya. Tergantung kesiapan diri kamu dan juga…si keponakan sendiri; cute, imut atau amit-amit.

Itu yang bakal dialami Eri. Weekend yang rencananya diisi belanja buku baru jadi gagal gara-gara ia disuruh maminya ngejagain Kimong, anak tantenya. Ceritanya Paman Tono dan istrinya naik haji. Selama mereka berhaji, anak mereka si Kimong dititipkan ke nenek Eri. Cuma, khusus minggu ini, Mami Eri kebagian ngejagain Kimong. En, karena Mami dan Abi ada undangan pernikahan teman pengajian maka tugas itu jatuh ke tangan Eri. So, Eri pun manyun. Kalau saja nggak inget ini adalah amanah, lagian ngejaga keponakan sendiri, Eri milih lari sejauh-jauhnya. Eh, nggak ding takut kejauhan nanti keabisan ongkos repot deh.

Kimong sebenarnya lucu. Mukanya yang innocent alias kagak punya dosa bikin gemes siapa aja yang ngeliat. Apalagi Kimong udah pinter ngomong walau umurnya baru lima tahun. Cuma, buat Eri apa enaknya ngejagain anak kecil. Gimana kalo ngompol en ??, siapa yang nyebokin? Bersihin kandang burung jalak punya abi aja Eri jijay, apalagi nyebokin anak orang. Hueks!

Belum lagi kelakuannya yang Eri kagak tahan. Suka malu-maluin. Pernah waktu jalan-jalan bareng keluarga ke pasar, Kimong minta dibeliin anak monyet. Mending monyet-monyetan, ini sih monyet betulan yang kebetulan lagi atraksi nge-dance ala Justin Timberlake di pentas topeng monyet. Terang aja Tante Vina, maminya, kesel. Biar udah diomongin kalau monyet itu nggak dijual, eh Kimong ngotot minta dibeliin. Cerita selanjutnya seperti bisa kamu tebak anak itu nangis sekenceng-kencengnya di pasar. Whuaaa…

Tante Vina, Mami, dan Eri yang lagi nenteng belanjaan terang aja jadi mokal abis. Berbagai bujukan dipake kagak mempan. Ditawari es krim coklat, permen, martabak, mie ayam, Kimong tetap setegar baja [superman kaleee!]. Untung aja nggak ditawarin kartu kredit, ril estat, atau ponsel.

“Udah Kimong, jangan nangis, daripada beli anak monyet mendingan maen PS ama Om Eri di rumah, ya?” Eri akhirnya turun tangan ngebujuk keponakannya itu.

Kimong menatap Eri sejenak, en…nangis lagi dengan amplitudo suara yang sama.

“Nggak mau, Kimong pengen anak monyet. Om Eri jelek, cakepan anak monyet. Om Eri nggak ada buntutnya, nggak kayak anak monyet,” kata Kimong asal. Eri jadi kecut. Sementara orang-orang yang merhatiin adegan tadi jadi mesem-mesem. Merasa iba sama Eri yang kalah menarik ama anak monyet.

Itu kenangan pahit yang diingat Eri sewaktu jalan bareng Kimong. Tapi apa boleh buat, pagi itu abi udah ngejemput Eri dari rumah nenek. Beberapa menit lagi anak itu bakal landing di rumah. Entah kekacauan macam apa yang bakal terjadi.

Suara Vespa abi udah terdengar di pintu gerbang. Itu berarti Kimong sudah datang. Bener aja, suara anak itu udah mendahului mukanya yang imut.

“Om Eriiii…assalamu ?alaykum!” teriaknya lantang. Eri yang lagi nyantap bubur ayam buru-buru keluar dari ruang tamu. Begitu keluar Kimong udah menyergapnya dari depan. Buk! Perut Eri kesundul kepala Kimong. Eri jadi mual.

“Om Eri sakit ya? Makanya kalau jalan liat-liat Om, kalau nggak nanti tabrakan,” kata Kimong. Sambil nyengir nahan sakit Eri ngangguk-nganguk. Huuh, ini anak! Belum apa-apa udah nyulut api kerusuhan.

“Kalau sakit makan aja dulu Om. Nah, itu ada bubur. Buat Kimong ya, Om?” celoteh Kimong sambil tau-tau udah mengangkat mangkok bubur ayam. Tanpa perasaan dosa langsung saja suap demi suap bubur ayam itu meluncur ke mulutnya. Tapi begitu suapan ketiga, aksi ini terhenti. Muka Kimong ngedadak jadi merah, mulutnya manyun dan…whuaaa!

Eri nyengir puas. Siapa suruh makan bubur punya orang, emang enak kepedesan! Sementara Kimong nangis, Eri megang perut nahan ketawa.

“Om Eri jahat! Om Eri jahat!” teriak Kimong. Abi dan Umi yang mau ke undangan berlarian ke ruang tamu.

“Kenapa, Mong?” tanya Mami panik sambil meluk Kimong.

“Buburnya dikasih sambel sama Om Eri,” Kimong ngomong sambil sesenggukan. Air matanya meleleh, antara nangis ama nahan pedes.

“Eri, kamu ini gimana sih? Jangan ngasih makanan pedes dong sama anak-anak. Kalau nanti sakit perut gimana?” Yee mami, kok jadi ngebelain Kimong. Gimana sih?

Setelah minum segelas susu baru deh tangis Kimong berhenti. Dengan wajah kesel ia menatap Eri. Yang ditatap cuma mesem-mesem sambil agak bete mikirin jatah bubur ayamnya yang berkurang.

Nggak berapa lama abi dan mami berangkat ke undangan. “Ati-ati di rumah, Ri. Jagain Kimong, jangan diusilin!” pesen Mami sebelum berangkat.

“Tenang aja, Mi. Kalau Kimong nangis, entar Eri kirim aja via sms ke Arab Saudi biar ketemu tante Vina,” jawab Eri. Maminya melotot. Eri menatap vespa yang membawa Abi dan Mami ke undangan. Oh, I wish I can go there with them. Eri membatin. Kebayang makanan undangan yang yummi. Tapi sekarang ia ada di rumah harus nemenin anak kecil. Moga-moga aja kagak rewel. Ya, Allah moga-moga aku selamat berada di rumah sampai ortuku pulang, doa Eri.

ooOoo

Hehehe…ternyata Kimong emang ujian dari Allah buat Eri. Beres nonton film kartun di tivi, ia udah kesel. Pengen jalan-jalan.

“Om Eri, Kimong pengen jalan-jalan,” Kimong udah merengek. Eri males-malesan menghampiri anak itu.

“Kita dengerin kaset Om Eri aja, ya?” bujuknya.

“Kaset apa Om? Lagu dangdut ya? Kimong seneng lagunya Uut Pematasari, Putri Panggung. Om Eri punya kan?”

Ya ampun, ini anak seleranya parah amat. Ini pasti korban tivi dan salah gaul.

“Om nggak punya lagu kayak begitu. Lagian itukan lagunya nggak bagus. Nggak baek buat anak-anak,” kata Eri.

“Nggak mau, pengen lagu itu!” Wah, mulai deh cengengnya kumat, Eri membatin.

“Dengerin aja dulu kaset Om Eri, Kimong entar suka deh.” Eri masukkin kaset Neoshalawat Snada ke tape componya. Kimong diem aja begitu dengerin nasyid koleksi Eri. Mukanya nunjukkin kalau ia nggak suka, tapi Eri cuek aja. Tapi, lama kelamaan Kimong nangis.

“Pengen ke Mama,” katanya disela-sela tangis. Eri mulai panik.

“Mamanya lagi naik haji, Kimong. Nanti juga pulang.” Sia-sia. Tangis Kimong makin kenceng. Ditawarin susu, snack, Kimong tetep nangis. Eri kebingungan. Gimana nih, please somebody help me! Save me! Save Our Soul! Ia muter otak nyari cara untuk nenangin ponakannya itu. Akhirnya ia nelepon Dado, sohibnya. Alhamdulillah, Dado sendiri yang ngangkat telepon.

“Do, gue mo konsultasi nih,” langsung aja Eri ngomong terus terang.

“Boleh, konsultasi apa? Asmara? Kesehatan? Keuangan? Asal jangan Feng Shui, itu haram,” jawab yang ditanya sekenanya.

“Gue serius, tau! Gimana sih cara bikin anak kecil berhenti nangis?” tanyanya dengan kesel.

“Oh, itu sih gampang. Lu ajak nyanyi, atau ajak ngeliat cicak. Biasanya ibu-ibu suka ngajak anaknya merhatiin cicak,” jawab Dado.

“Ah gua kagak bisa nyanyi. Kalo liat cicak sih boleh, tapi kenapa sih mesti cicak?” tanya Eri bingung.

“Iya dong, kalau disuruh liat gajah kan susah, kudu ke kebon binatang dulu. Mending liat cicak, di rumah kan banyak. He…he…” Idih, kok jadi tebak-tebakkan.

“Afwan gue becanda, Ri. Gimana kalau lu ajak jalan-jalan aja tuh anak?”

Jalan-jalan? Ok juga tuh. Sekalian beli buku , nih. Setelah ngucapin terima kasih dan salam. Konsultasi konyol ama Dado pun berakhir.

“Kimong, kita jalan-jalan, yuk?” bujuk Eri. Bener aja, begitu denger kata ?jalan-jalan’ tangisnya mulai surut. Yes, yes!

“Ke mana?” ia penasaran.

“Ke mall.”

“Nanti beli es krim ya?” pinta Kimong.

“Iya, tapi Kimong jangan nangis lagi ya?” Eri mengangguk. Kimong girang banget.

Nggak berapa lama keduanya udah berada di mikrolet. Sepanjang jalan Kimong nyanyi melulu. Lagu apa aja ia nyanyiin. Nggak peduli syairnya bener atau nggak.

Kring kring

ada sepeda

di atas genteng

Tuh, kan lagunya ngelantur kemana-mana. Tapi ia cuek aja. Eri juga bangga, soalnya secara nggak langsung ia jadi perhatian para penumpang. Ibu-ibu, akhwat yang berjilbab, semuanya ngeliatin Kimong. Aih, om-nya jadi ge-er.

“Berapa tahun?”

“Pinter, ya, udah banyak hapalan lagunya,”

“Anak ke berapa, Pak?” Wah kalau yang ini Eri jadi sebel. Masak tampang imut begini disangka udah beranak pinak. Kira-kira dong kalo nanya.

Hebatnya, Kimong udah bisa berdialog interaktif ama para penumpang. Ia ngejawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu semua. Ada yang bener ada juga yang ngawur. Ya, namanya juga anak-anak.

“Tante, kok tante make kerudung sih?” tanyanya pada seorang penumpang yang berjilbab.

“O, Tante orang Islam. Semua orang Islam wajib pake jilbab,” jawabnya. Kimong diem aja. Tau ngerti, tau nggak.
“Kalau Tante yang ini kok nggak pake jilbab, bukan orang Islam ya?” tanyanya pada seorang cewek berkaos ketat. Yang ditanya merah mukanya. Hihihi…kena skak ama anak kecil, emang enak?

Alhamdulillah, akhirnya nyampe juga di mall. Kimong seneng banget. Apalagi waktu diajak naik eksalator [tahu kan? Tangga berjalan tapi nggak ada hubungannya ama berobat jalan]. Ia jingkrak-jingkrakkan. Eri geleng-geleng kepala ngeliat kelakuan keponakannya itu. Ah, senengnya jadi anak kecil nggak tahu permasalahan dunia. Nggak kayak gue udah banyak pikiran [ceilee sok tua lu, Ri!]. Mikirin ujian, pengajian, mikirin temen-temen, kadang-kadang ia mumet. Sementara anak kecil yang ada cuma maen, jajan en bobok. Tiba-tiba Eri jadi bernostalgia, inget jaman waktu kecil, diajak jalan-jalan ama Mami dan Abi ke Ancol, ke Istiqlal, rasanya seneng banget.

“Kita ke mana, Om?” tanya Kimong.

“Ke toko buku. Kimong boleh maen di sana, tapi jangan jauh-jauh ya?” pesen Eri pada Kimong.

Begitu masuk ke tempat toko buku Kimong udah lari-larian. Eri ngikutin dari belakang sambil ngelirikin buku-buku terbaru. Ada novel-novel Islam yang ia belum punya, buku-buku dakwah juga banyak. Ia jadi ngiler inget duitnya yang terbatas. Paling banter ia cuma bisa beli satu buku. Mumpung kagak disegel, baca dulu ah, Eri kegirangan. Buru-buru ia comot satu novel anyar. Matanya mulai asyik menyimak baris demi baris novel itu. Seru banget nih! Bab demi bab mulai ia lahap dengan serius.

Nggak kerasa satu novel itu udah ampir abis ia baca. Ih, ampe lupa waktu. Eh, ia juga jadi inget sesuatu…Kimong! Astagfirullah, ke mana dia? Kok gue teledor banget, lupa ama keponakan!

Eri mulai panik. Kepalanya celingukan mencari-cari Kimong. Nggak ketemu. Ia mulai jalan menyusuri barisan rak-rak buku. Di tengah-tengah kerumunan anak-anak yang lagi asyik baca komik matanya jelalatan, mencari Kimong. Nihil. Ia muter lagi dengan harap-harap cemas. Tapi Kimong tetep nggak ada. Eri mulai keringet dingin. Aduh, gimana kalau Kimong sampai nggak ketemu, atau diculik? Ah, ia buang jauh-jauh bayangan itu.

Satu-satunya harapan adalah mendatangi tempat informasi. Dengan lemas Eri menyebutkan ciri-ciri Kimong pada petugas informasi untuk diumumkan. Nggak berapa lama petugas itu mengumumkan berita kehilangan anak. Eri duduk dengan pasrah di bangku petugas.

“Tenang aja, Mas. Insya Allah ketemu, kok. Ini minum dulu,” kata petugas itu ramah sambil memberikan segelas air mineral.

“Makasih, Pak,” jawab Eri sambil mengambil air itu.

Tiga kali pengumuman diudarakan tapi belum ada hasil. Udah jam satu. Berarti sejam lebih Kimong nggak ada kabar berita. Penyesalan mulai merayap dalam hati Eri.? “Ya Allah, kenapa gue teledor.”

Tapi tiba-tiba ia mendengar suaranya dipanggil. Masya Allah, itu kan suara Kimong.

“Om Eri!” teriak Kimong. Eri girang banget mendengar suara cempreng itu lagi. Alhamdulillah, Kimong selamat. Seorang ibu berkerudung dengan anak kecil mengantarkan Kimong ke pusat informasi.

“Adik kakaknya?” tanya ibu itu.

“Bukan, saya saudaranya, om-nya,” jawab Eri grogi.

Ibu itu bercerita kalau ia melihat Kimong sedang nangis di tempat mainan anak-anak. Kimong ingin naik bom bom car. Karena kasian ibu itu mengajak Kimong bermain di sana bareng cucunya. Ternyata mereka berdua main asyik banget, sejam lebih. Makanya pengumuman kehilangan Kimong yang berulang-ulang tidak tersimak. Baru setelah mereka mau pulang, Kimong nangis lagi karena pengen balik bareng Eri.

“Ati-ati ya, Nak. Jagain Kimong baik-baik,” ibu itu ngasih nasihat sebelum pergi meninggalkan Eri dan Kimong. Eri mengiyakan sambil berkali-kali ngucapin terima kasih pada mereka. Kimong juga ngucapin terima kasih sambil melambaikan tangan pada cucu ibu itu.

“Aduh Kimong, Om Eri kangen banget ama Kimong,” sambut Eri sambil memeluk Kimong erat-erat. Yang dipeluk diem aja.

“Om Eri sih nggak ikut maen mobil-mobilan, seru lho, Om” jawab Kimong tanpa perasaan bersalah atau takut.

“Oh, iya, maapin Om Eri, ya. Om Eri nggak ngejagain Kimong,” kata Eri masih sumringah. Girang bisa kembali ketemu ponakannya.

“Sekarang kita pulang, yuk! Nanti Om Eri beliin es krim yang enak,” ajak Eri. Kimong menatap Eri. Bola matanya berbinar menandakan senang. Ah, Kimong kamu emang keponakan yang lucu.l[]
Selengkapnya...

Cerpen "Ketika Dita Dilarang Ngaji"

Sebel! Itu satu-satunya yang nyangkut di kepala Dita. Kesebelan itu adalah untuk Ummi, the one and only nyokap di rumah dan di jagat ini. Kok bisa sih sebel sama nyokap sendiri? Yee emangnya kamu nggak pernah? Kalau impian manis kamu dijegal – duile sadis banget bahasanya kayak politik di DPR aja – sama nyokap kamu, apa kamu nggak marah? So, jangan sembarangan nuduh Dita itu nggak berbakti sama orang tua ya? (Lho kita kok jadi ngebelain Dita?).

Coba, denger nih. Waktu Ummi minta Dita masuk SMU Islam Terpadu (bukan Terpaksa Pake Duit ye he…he…) Dita nurut. Alasan Ummi supaya shalat dan ngajinya makin bener. Dita cuma manyun karena yang masuk sekolah Islam cuma dia alone, temen-temen se-gank-nya di SMP masuk sekolah biasa, malah ada yang masuk STM jurusan tata boga (maksudnya Sekolah Teknik Memasak alias SMKK hi…hi..hi…). Padahal udah kebayang ama Dita bagaimana ia harus kerepotan dan kepanasan dengan kerudung dan rok panjang (pssst…padahal Dita bersyukur lho pakai rok panjang karena tanda item bekas kena knalpot motor ojek di betis bagian belakangnya jadi nggak ketauan).

Eh, nggak cukup itu, Ummi juga nyuruh Dita pakai jilbab di sekolah en di luar sekolah. Wah. Tapi Dita nuruuuut aja. Daripada harus masuk TPA mendingan masuk sekolah Islam aza deh. Yang sedih adalah waktu ia nekat mau pake tanktop warna pink hadiah ulang tahun ke-17 dari Peggi, sobatnya. Ummi marah besar. “Daripada dipake sama anak Ummi, mending Ummi gunting-gunting,” ultimatum Ummi. Dita cuma bisa pasang muka kecut denger ancaman itu. Akhirnya ia merelakan tanktop yang udah dipengenin dari SMP itu numpuk di antara baju-bajunya yang udah kadaluarsa. Nggak berani dipake. Pada Peggi yang suka nanya tanktop hadiahnya Dita kepaksa bo’ong kalau baju itu nggak dipake gara-gara tali tanktop-nya putus akibat nyangkut di mesin cuci. Peggi cuma manggut-manggut sambil mikir kasian sama Dita karena mesin cucinya udah ketinggalan jaman jadi sampe ngerusak baju (he…he…he…nggak tau aja si Peggi kalau hadiahnya kini udah dijadiin lap di dapur).

Tapi itu dulu. Sekarang Dita enjoy juga tuh masuk sekolah Islam. Ternyata temen-temennya baik-baik, ikhlas-ikhlas dan lucu-lucu juga sih. Apalagi guru-gurunya. Ngajarnya asyik en pada baek-baek. Cuma yang ia suka pengen ketawa kenapa banyak guru cowok yang pada miara jenggot ya? Dita jadi inget vokalisnya Limp Bizkit, Fred Durnst, yang juga jenggotan. Malah kadang ia mikir iseng apa itu jenggot betulan atau akarnya gigi bagian bawah ya? Atau jangan-jangan ulet bulu yang nempel di dagu? Tapi setelah denger penjelasan guru agama bahwa jenggot itu sunah Nabi, Dita baru ngeh dan hormat pada mereka. Ternyata guru-guru di sekolahnya bukan orang sembarangan.

Dita juga sekarang aktif ikut pengajian di sekolah. Malah ia ditunjuk jadi rohis kelas. Eh, sekarang Dita juga udah rajin shalat lho, nggak perlu lagi disuruh-suruh sama Ummi. Puasa sunah juga rajin, apalagi kalau buka puasa. Nggak disuruh pasti langsung makan (he…he..he). Baca Al Qur’annya yang terbata-bata sampai bete en batuk, sekarang udah mulai lancar. Sering tiap abis shalat shubuh Dita baca Al Qur’an. Padahal biasanya abis shubuh Dita bobok lagi diiringi alunan merdu Korn (hiii…amit-amit!). Sekarang, kalau nggak baca Al Qur’an, biasanya pagi-pagi Dita dengerin ceramahnya Aa Gym yang menyejukkan. Lumayan buat ngebina nafsiyyah. Kegiatan Dita juga makin banyak. Mulai dari pengajian di kelas, bakti sosial sampai hiking Islami alias tadabbur alam.

Nah, tadabbur alam ini yang sekarang jadi problemo sama Umminya. Ternyata Ummi nggak setuju kalau Dita ikut, soalnya pakai acara nginep-nginep segala. Udah begitu di alam terbuka. Wah, Dita jadi sedih. Membuat Dita hampir-hampir con molare (putus asa). Padahal untuk acara ini ia kebagian jadi OC-nya. Dita-lah yang ngatur acara ini untuk seksi akhwat. Jauh-jauh hari ia ngerancang acara ini bareng geng rohis, lengkap dengan macem-macem kuis en game yang asyik. Ternyata semuanya rontok di tangan Ummi. Persis Mike Tyson dipukul jatuh Lennox Lewis.

Pokoknya sekarang acaranya sebel-sebelan sama Ummi. Dita juga mikir buat apa kalau begitu ia dulu banyak berkorban ngikutin kemauan Ummi. Masuk sekolah Islam, pake jilbab, ikut ngaji. Masak sih Ummi begitu teganya ngelarang anaknya keluar rumah. Lagian kan untuk ngaji. Dita jadi inget lagu Anggur Merah-nya Opa Meggi Z “teganya…teganya…teganya….” Duh, Ummi kok gitu sih?

“Mi, ini kan untuk pengajian, masak sih Ummi ngelarang?” rengek Ummi sepertujuh putus asa (bosen ah pake ?setengah’). Ummi menatap mata Dita dengan lembut tapi tegas.

“Dita, ngaji itu kan nggak mesti ikut keluar rumah. Banyak kegiatan pengajian yang bisa dilakukan di sekolah dan di rumah. Kan temen-temen kamu yang lain juga bisa ngegantiin kamu. Lagian Ummi punya acara buat kamu,” kata Ummi-nya kalem. Dita kaget, acara apa tuh?

“Ummi minta kamu nemenin nenek selama dua hari di Bandung,” lanjut Ummi. Dita makin lemes denger penjelasan Ummi.

Emang sih udah hampir setahun ia nggak nengok neneknya karena kesibukan ngurusin pengajian di sekolah. Tiap hari Ahad pasti aja ada acara; kalau nggak seminar, diskusi publik, kajian rutin bulanan, dll. Sebenarnya ia ngerasa dosa juga nggak nengok neneknya. Tapi apa asyiknya nemenin nenek. Diajak main kuis Siapa Berani-nya kayaknya nggak mungkin, apalagi kalau di ajak lari marathon ke hutan lindung Juanda (husss!). Kebayang oleh Dita aktivitasnya di sana paling cuma duduk, makan cemilan tempe goreng sambil mijitin kakinya Nenek. Ah, bete abis!

“Nanti kamu berangkat ke Bandung sama Abi di malam Agustusan,” kata Ummi lagi.

“Mumpung Abi kamu ada urusan kerja di Bandung,” lanjut Ummi. Dita udah nggak berselera denger omongan Ummi.

ooOoo

“Hah, kamu nggak jadi ikut?” komentar panitia setengah teriak, setengah lagi diem (kayak gimana tuh?). Dita udah bisa nebak kalau teman-temannya pasti syok. Dita sendiri udah hampir nangis. Suara teman-temannya masih berdengung kayak tawon. Di depan Mbak Ninin pembinanya yang alumnus sekolah, Dita berusaha tegar menjelaskan masalahnya dengan Ummi, meski sesekali sesenggukan udah nggak ketahan.

“Ya, ini jadi pelajaran buat kamu Dita. Kamu tuh harus ngelobi orang tua kamu sebelum berdakwah sama orang lain. Coba kalau kamu dari dulu dekat sama ibu kamu, kan nggak bakalan terjadi kasus kayak begini,” kata Mbak Ninin menyesalkan. Denger omongan begitu Dita jadi makin sedih. Kesannya ia nggak bersungguh-sungguh bicara pada Ummi.

“Masak sih ngaji kok dilarang,” kata Mbak Ninin ketus. Wuih, Dita hampir-hampir banjir air mata mendengar ucapan terakhir itu. Mbak Ninin kok galak sih?

Hari itu berada di sekolah terasa lama nggak kayak biasanya. Pelajaran matematika yang biasanya susah jadi terasa nggak gampang (idih sama aja dong). Dita nggak bisa konsentrasi lagi, pikirannya cuma sebel en sebel pada Ummi. Apalagi Mbak Ninin yang diharapkan bisa memberi jalan keluar atau pengertian malah ikutan menyalahkan dia. Oh, dunia terasa sempit buat Dita. Untung masih ada teman-temannya yang ngebantuin Dita.

“Nggak apa-apa Dit, biar gua aja yang jadi gantiin elu di tempat acara. Kita semua insya Allah ikhlas kok kerja di sana,” kata Niken wakil-nya di kepanitiaan.

“Tapi Mbak Ninin kok ngomongnya begitu sih, jahat banget,” Dita sesenggukan lagi sambil terus mengusap matanya pake saputangan (nggak mungkin dong pake sapu lidi).

“Nggak usah didengerin deh. Mungkin Mbak Ninin lagi pusing mikirin acara nanti,” Niken menenangkan.

“Atau mungkin lagi kena sindrom datang bulan kali?” celetuk Sandra.

“Huuu…” teriak anak-anak pada Sandra.

“Elu kali, kalau datang bulan bawaannya marah-marah,” kata Pipi. Sandra mesem-mesem garing.

“Namanya juga manusia, Mbak Ninin juga bisa salah mungkin karena kurang introspeksi,” kata Niken.

“Udah, udah, nggak usah ngomongin orang lain. Biar aja pembina kita kayak begitu, kalau kita sih harus lebih baik lagi. Iya nggak?” kata Pipi yang langsung dijawab anggukan setuju gang-nya.

ooOoo

Jum’at, 16 Agustus 2002, Dita berangkat naik Escudo 2.0 bareng Abi-nya ke Bandung selepas Maghrib. Dita berusaha membuang semua kejuthekan dirinya tapi nggak bisa. Bayangan anak-anak lagi asyik di Espass-nya Sandra sambil dengerin kaset nasyid masih menggoda. Belum lagi kebayang serunya acara ta’lim di vila-nya Pipi. Trus hari Ahad paginya ada rencana hiking ke kebun teh pasti juga seru. Wah Dita pengen nangiiiis.

Selama perjalanan Dita diem aja. Kalau diajak ngomong Dita cuma jawab pendek-pendek. Kalau nggak “iya, kali”, pastinya “nggak tau tuh” atau “terserah Abi deh”. Abi jadi ikut-ikutan bete selama perjalanan. Padahal biasanya Abi dan Dita paling sering becanda-becandaan. Maen tebak-tebakan ngocol. Kayak dua hari yang lalu Abi ngasih tebakan ke Dita.

“Emping apa yang bisa dipake buat komputer?” kata Abi. Dita bingung. Emang ada?

“Empingsil 2B!” kata Abi sambil senyum-senyum puas bisa ngalahin Dita. Nggak mau kalah, Dita ngeluarin tebakan baru.

“Hewan apa yang paling aneh?” tanya Dita semanget. Abi diem, mikir. Tau-tau Abi udah senyum-senyum.

“Belalang kupu-kupu, soalnya siang makan nasi kalau malam minum susu,” tebak Abi girang. Yeee ketauan tebakannya.

“Hih Abi licik, licik, nggak terima, nggak terima,” teriak Dita sambil nyubitin punggung Abi-nya yang lari ke belakang.

Tapi sekarang Dita diem seribu bahasa. Dita cuma paling aktif kalau pergi ke POM bensin. Pengen pipis sih. Abi juga nggak bicara masalah tadabbur alam-nya yang gagal. Karena udah dipesen sama Ummi supaya masalah itu nggak diutak-atik lagi. Dita pasti makin ngambek. Akhirnya sepanjang perjalanan Abi dan Dita diem-dieman sampai akhirnya Dita ketiduran. Dalam mimpinya ia juga masih ngebayangin acara tadabbur alam.

Sampai di rumah Nenek, keduanya disambut Teten, sepupunya, yang buru-buru bukain pintu pager.

“Assalamu’alaikum. Ten, gimana kabarnya? ibu udah tidur ya?” tanya Abi.

“Wa’alaikum salam. Alhamdulillah, sehat wak. Iya, nini udah tidur. Tapi nini udah nyiapin makan kok buat uwak[1] sama Teh Dita. Sini wak, teh, biar tasnya Teten aja yang bawa,” jawab Teten sambil nyodorin tangan ngambil tas ransel Dita.

Ternyata nenek yang udah tidur di sofa ruang tengah jadi bangun denger kedatangan Dita sama Abi. Kayaknya nenek seneng banget ditengok sama Abi dan Dita.

“Kumaha kasep[2], sehat?” tanya Nenek sambil tangannya dicium Abi. Dita yang masih ngantuk maksain buka mata. Jangan sampai nenek tahu gua lagi musuhan sama Ummi, pikir Dita.

“Eleh-eleh, iyeu teh[3] Dita? Meni tos ageung kieu, beki geulis wae[4],” kata nenek sambil meluk Dita. Disebut cakep Dita mesem-mesem.

“Gimana kuliah teh lancar?” tanya nenek.

“Dita belum kuliah nek,” jawab Dita.

“Oh, belum nya? Nenek hilap[5]. Tapi kuliah nanti mau di mana?” tanya nenek lagi.

“Di hukum, Nek,”

“Astaghfirullah, ada apa Dit, berapa bulan?” neneknya kaget. Dita jadi cengar-cengir. Aduh kebayang deh sulitnya komunikasi sama neneknya. Banyak yang nggak nyambung.

“Maksudnya kuliah di fakultas hukum, Bu,” jelas Abi. Nenek manggut-manggut.

Malam itu Dita milih langsung bobok, sementara Abi dan nenek masih terus ngobrol di ruang makan. Nggak terasa tahu-tahu Abinya mencolek pundaknya.

“Dit, Abi pergi dulu ya ke tempat kerja,” kata Abi. Huh dasar, workaholic. Kerjaaaa mulu.

“Iya, deh Bi.”

“Assalamu’alaikum,”

“Wa’alaikum salam,” jawab Dita untuk kemudian nerusin boboknya sampai shubuh.

ooOoo

“Tuh Dit, nenek udah bikin ulen[6] buat Dita. Hayu atuh nyarap heula[7],” kata neneknya setelah lihat Dita beres sholat shubuh. Ah, nenek tetap aja belum berubah, tetap sayang sama cucunya. Dan selalu aja ada ulen buat Dita. Setelah baca basmalah ulen yang empuk dan legit itu langsung ditumbalkan untuk sarapan pagi.

“Teten ke mana, nek?” tanya Dita sambil clingukan nyari anak kelas satu SMP itu.

“Ka lapangan. Katanya sih mau ikut lomba Agustusan panjat pinang,” jawab nenek. Dita manggut-manggut.

“Dita sering-sering atuh nengok nenek. Kangen nenek teh sama Dita,” kata neneknya sambil minum kopi. Dita jadi ngerasa kesindir. Nggak enak ati. Saking sibuknya dakwah jadi lupa nengok nenek sendiri. Aduh Dita, gimana sih kamu, silaturahim itu kan perlu.

“Kan ada Teten, yang nemenin nenek,” kata Dita rada-rada ngeles. Teten itu sepupunya Dita, anak adiknya Abi.

“Atuh si Teten mah budak keneh[8]. Kalau Dita mah bisa nemenin nenek ke pasar, diajak ngobrol. Nenek juga pengen tahu pengajian Dita. Kata Abi kemarin sekeluarga pada jalan-jalan ikut sampanye, nya?”

“Kampanye, nek. Kampanye syari’at,” kata Dita ngelurusin omongan nenek. Nenek manggut-manggut.

“Kalau ibunya Teten kemana nek?” tanya Dita.

“Ah, si eta mah[9], nggak pernah lagi ngurusin anak. Nenek denger mah kerja di diskotik. Dulu udah nenek kasih kerja di warung soto-nya Mang Ocid. Udah lumayan padahal mah. Cukup untuk makan sama uang sekolah-nya si Teten, eh tau-tau kabur. Kata Mang Ocid sih pacaran sama preman diskotik. Udah setaun nggak pernah nengok si Teten,” jawab nenek panjang lebar. Ya, Allah! Pekik Dita dalam hati. Ada aja ya ibu tega ninggalin anak sendiri. Kerja di tempat haram cuma untuk duit yang nggak seberapa.

“Makanya Dit, nenek teh sayang sama Dita dan Ummi. Karena Ummi itu indung anu nyaah kabudak[10]. Padahal dulu nenek teh pernah sebel ka Ummi,” kata nenek lagi.

“Sebel kenapa, nek?” Dita penasaran.

“Iya, sebelum nikah si Ummi teh nggak pernah mau diajak jalan-jalan berdua sama Abi ke rumah nenek. Alasannya belum nikah. Udah gitu pakaiannya mani angkaribung[11], make jubah jeung tiung sagala[12]. Nenek mah takut Ummi Dita teh dulu aliran sesat,” jawab nenek sambil tertawa kecil.

“Nenek baru tahu kalau jilbab teh busana muslimah,” lanjutnya.

“Ternyata abi kamu nggak salah milih istri. Yang nenek terharu mah waktu kamu lahir Ummi kamu nggak mau pake babysitter. Biar diurus sendiri. Udah gitu Ummi malah keluar dari kerjaannya. Padahal harita[13] udah mau diangkat jadi pimpinan. Kata Ummi kamu kalau kerja kayak begitu mah susah ngurus anak. Biar Abi-nya aja yang nyari duit, mah. Ah, nenek kira Ummi kamu bisanya cuma nyari duit aja. Nggak tahunya pinter juga ngurus anak,” kata nenek lagi sambil ngusap-ngusap tangan Dita.

“Makanya Dita harus syukur ka Gusti Allah, punya ibu yang baik, nyaah ka budak, rajin deui ibadahna. Coba kalau kaya indungna si Teten. Ah, nenek sedih kalau liat si Teten. Untung anaknya nurut sama nenek, baik, rajin lagi sholat sama ngajinya.”

Dita nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Matanya berkaca-kaca. Ah, ternyata Ummi itu memang ibu teladan. Sayang anak lagi. Kenapa aku mesti musuhin Ummi. Toh baru sekali ini aja Ummi nggak ngasih izin ikut kegiatan. Lagipula bener kata Ummi, masih ada teman-temanku yang bisa ngegantiin aku di tempat acara. Ih, durhaka dong kalau gitu aku ngelawan orang tua, apalagi su’udzan kalau Ummi ngelarang pengajian. Mendadak Dita jadi kangen sama Ummi. Pengen minta maaf.

Untung sebelum air matanya jatuh di luar rumah teriakan anak-anak yang ikut lomba Agustusan terdengar kencang. Buru-buru Dita lari ngambil kerudung sambil melongokkan kepala ke luar jendela. Liat anak-anak yang lomba panjat pinang di lapangan. Padahal sih, sambil ngusap air mata yang ampiiiiir aja menetes. Kalau sampai keliatan nenek, tengsin dong.

Dari rumah nenek terlihat jelas kalau si Teten lagi semanget-semangetnya ngejarah aneka hadiah yang disediakan panitia di pucuk pohon pinang. Ada sapu ijuk, sendal jepit, kaos sepak bola, topi, mobil-mobilan, dan sekotak besar mi instan. Dari bawah anak-anak berteriak pada Teten minta diambilkan hadiah-hadiah itu. Nggak terasa akhirnya semua hadiah itu ludes diturunin Teten.

ooOoo

Sabtu malam, ba’da Isya, Abi baru pulang dari kebun percobaan tempat kerjanya. Bareng nenek dan Dita, mereka asyik makan roti isi keju dan pisang khas Bandung yang enak punya. Dita udah ngocol lagi sama Abinya. Meski lagi pegel-pegel, Abinya ngelayanin aja kocolan anak pertamanya ini. Abis kemarin di perjalanan bete abis sih jalan ama Dita. Kayak naik mobil ama patung.

“Assalamu’alaikum,” suara dari luar.

“Wa’alaikum salam,” jawab mereka bertiga. Tahu-tahu Teten masuk sambil bawa kardus mi instan. Kayaknya sih berat.

“Dapat darimana, Ten,” tanya Abi heran.

“Hadiah panjat pinang, wak,” kata Teten. Tangannya mulai nyopotin plester yang nutupin kardus. Semuanya jadi penasaran. Nebak-nebak isinya.

“Sepatu kali hadiahnya,” tebak Abi curious. Di dalamnya ternyata banyak kertas. Teten makin nafsu. Terakhir ada kotak coklat mirip-mirip bungkus sepatu. Jangan-jangan sepatu. Tapi kok enteng banget. Setelah dibuka ternyata amplop putih.

“Nggak bakal salah, pasti duit lima puluh ribu,” tebak Teten girang. Amplop itu disobek isinya selembar kertas dengan tulisan gede-gede “MAAF, ANDA BELUM BERUNTUNG!”

Teten lemas, Abi tertawa sambil megang perutnya, Dita sendiri hampir-hampir nggak kuat nahan tawanya. Cuma aja nenek yang bengong, belum ngerti.[]
[1] Uwak=kakak ibu/ayah

[2] cakep

[3] Aduh-aduh ini Dita?

[4] sudah besar begini, makin cantik aja

[5] lupa

[6] suer ini bukan makanan dari daging ular, tapi dari beras ketan

[7] ayo kita sarapan dulu

[8] Ah, si Teten sih masih anak-anak

[9] dia sih

[10] ibu yang sayang sama anak

[11] begitu merepotkan

[12] dengan kerudung juga

[13] waktu itu
Selengkapnya...

Sabtu, 15 Mei 2010

Tips buat Ngilangin Jenuh

Hari-hari yang cukup melelahkan, banyak kesalahpahaman diantara temen-temen semua. Mau tidur di sms, mau makan di sms, mau ngapain-ngapain di sms juga (kayaknya terlalu hiperbola ya). tapi guys ni beneran dan ini nyata. ya dah lah.
oke, setelah ngerasa kepenatan yang ada ini harus di selesaikan dan harus sekarang akhirnya sebelum kami memutuskan untuk forum evaluasi kita ngadain rihlah(maen buat mencairkan suasana,hehe .. emang Es Batu pake di cairkan dulu, ya akhirnya kami memutuskan untuk renang.yup, berenang untuk semua pengurus. tapi karena dipengurus sendiri juga ada yang pulang ke rumah ada juga yang alasan nggak bisa ikut tapi rihlah ini tetap berjalan sesuai rencana.dan akhirnya kita meluncuuur ke WAGIRRRR...

oya, ni lagi nunggu foto yang pas lagi renang jadi kita lanjutin kalo dah ada dokumentasinya ja ya...
nuwun.
Selengkapnya...

Toggle